Tujuan:
1.
Membuat sabun secara sederhana.
2.
Mempelajari sifat-sifat sabun
Latar belakang:
Sabun
adalah garam natrium atau kalium dari asam lemak berantai panjang. Asam lemak
biasanya terdiri dari 12 hingga 18 karbon. Sabun padat merupakan garam natrium
dari asam lemak, sedangkan sabun cair merupakan garam kalium dari asam lemak.
C3H5(OOCR)3 + 3
NaOH à C3H5(OH)3 +
3 NaOOCR
Sabun
terdiri dari ujung nonpolar (rantai hidrokarbon asam lemak) dan ujung polar
(ion karboksilat). Karena sifat “like dissolves like”, ujung nonpolar
(hidrofobik atau tidak suka air) dari molekul sabun dapat melarutkan kotoran
berminya, dan bagian polar atau ujung ionik (hidrofilik atau suka air) molekul
ditarik molekul air. Sehingga kotoran pada permukaan dapat dibersihkan dengan
menarik dan mengendapkannya dalam air. Sabun dapat berperan sebagai pengemulsi,
zat yang digunakan untuk mendispersikan cairan molekul minyak menjadi partikel
yang tersuspensi dengan baik.
Lemak
atau minyak yang ditambahkan basa kuat seperti NaOH atau KOH dapat menyebabkan
terjadinya hidrolisis (saponifikasi) menghasilkan gliserol dan garam dari asam
lemak berantai panjang (sabun).
Sabun
adalah garam dari basa kuat dan asam lemah, sehingga dalam larutan bersifat
basa lemah. Sabun yang bebas alkali dapat menyebabkan kerusakan kulit, sutra
atau wol. Sehingga tes kebasaan sabun penting dilakukan.
Penggunaan
sabun banyak digantikan dengan detergen sintetik selama dua dekade terakhir.
Hal ini disebabkan karena sifat sabun menjadi tidak efektif dalam air sadah,
yang mengandung ion Ca2+ atau Mg2+. Selain itu dalam larutan asam, sabun diubah
menjadi asam lemak bebas sehingga menghilangkan kemampuannya sebagai pembersih.
Alat:
-
Pemanas listrik
-
Erlenmeyer
-
Batang pengaduk
-
Pipet tetes
-
Corong
-
Gelas piala
-
Tabung reaksi
Bahan:
-
NaOH 25%
-
MgSO4 5%
-
NaCl 25%
-
FeCl3 5%
-
Minyak tanah
-
Etanol 95%
-
Minyak sayur
-
CaCl2 5%
Prosedur:
A.
Pembuatan Sabun
Dimasukkan 6,5 ml minyak sayur ke dalam labu
Erlenmeyer 100 ml. Ditambahkan 5 ml etanol (sebagai pelarut) ke dalamnya dan 5
ml NaOH 25%. Sambil diaduk dengan batang pengaduk, labu Erlenmeyer beserta
isinya dipanaskan dalam penangas air yang mendidih (300 ml air dan beberapa
batu didih dalam gelas piala 600 ml yang dipanaskan dapat digunakan sebagai
penangas air). Hati-hati! Etanol bersifat mudah menyala. Dipanaskan campuran
selama 20 menit, bau alkohol yang hilang menunjukkan reaksi telah selesai.
Kemudian didinginkan campuran dalam penangas es. Untuk mengendapkan sabun,
ditambahkan 37,5 ml NaCl jenuh ke dalam campuran sambil diaduk. Disaring dan
ditimbang berat sabun yang dihasilkan.
B.
Sifat Sabun
Reaksi dengan air sadah
Dimasukkan sabun yang telah dibuat sebanyak sepertiga spatula ke dalam
gelas piala 50 ml yang mengandung 25 ml air. Hangatkan beaker dan isinya untuk
melarutkan sabun tersebut. Dimasukkan masing-masing 5 ml larutan sabun ke dalam
4 tabung reaksi. Selanjtnya ditambahkan 2 tetes CaCl2 5% ke dalam tabung 1, 2
tetes FeCl3 5% ke dalam tabung 2, 2 tetes MgSO4 5% ke dalam tabung 3, dan 2
tetes air kran ke dalam tabung 4. Diamati yang terjadi. Sisa larutan sabun
digunakan untuk tes kebasaan.
Hasil Pengamatan
-
Bobot sabun: 162,5572 gram
-
Sifat sabun:
Larutan sabun + MgCl2 2 tetes à endapan putih, busa
berkurang
Larutan sabun + CaCl2 2 tetes à endapan putih, busa
berkurang
Larutan sabun + FeCl3 2 tetes à larutan berwarna oren
susu, busa hilang
Larutan sabun + air keran 1 ml à busa bertambah banyak
Pembahasan
Sabun
yang biasa di gunakan sehari-hari di buat dengan proses saponifikasi yaitu
dengan mereaksikan suatu asam lemak/minyak dengan basa alkali sehingga
terbentuk sabun. Minyak yang di gunakan pada percobaan kali ini yaitu minyak
goreng kelapa sawit yang banyak mengandung asam oleat. Sedangkan basa alkali
yang di gunakan yaitu NaOH, alasan memilih NaOH dan minyak goreng kelapa sawit
sebagai bahan baku yaitu karena relative banyak di temukan dan harganya yang
ekonomis. Asam oleat yang banyak terkandung di dalam minyak goreng kelapa sawit
mempunyai rumus molekul C17H33COOH. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :
(C17H33COO)3 C3H5 + 3
NaOH → 3
C17H33COO
Na + C3H8O3
Sebelum dicampurkan dengan NaOH dan etanol, minyak terlebih dulu dipanaskan. Pencampuran
dengan etanol bertujuan untuk meningkatkan kemurnian sabun, selain itu NaOH
akan bereaksi dengan etanol membentuk senyawa CH3CH2ONa yang
sifatnya lebih basa dibanding NaOH sehingga dapat menghasilkan sabun yang lebih
banyak jumlahnya. Sedangkan pemanasan dilakukan untuk mempercapat reaksi dan
menghilangkan bau etanol. Setelah itu ditambahkan NaCl jenuh. Hal ini bertujuan
untuk memisahkan sabun dari produk sampingan dari reaksi sebelumnya, yaitu
gliserol. Setelah itu akan terbentuk suatu yang berbentuk padatan setelah
dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring. Padatan inilah yang
disebut dengan sabun natrium yang memiliki warna kuning gading.
Setelah
sabun dibuat, maka dilakukan uji kesadahan sabun dengan larutan Ca2+,
Mg2+, dan Fe3+. Reaksi yang terjadi adalah:
Ca2+ (aq) + 2 RCOONa (aq) à Ca(RCOO)2 (s)
+ 2 Na+ (aq)
Mg2+ (aq) + 2 RCOONa (aq) à Mg(RCOO)2 (s)
+ 2 Na+ (aq)
Fe3+ (aq) + 3 RCOONa (aq) à Fe(RCOO)3 (s)
+ 3 Na+ (aq)
Reaksi antara sabun dengan larutan Ca2+, Mg2+,
dan Fe3+ menghasilkan endapan yang menyebabkan busa sabun yang
dihasilkan berkurang. Sabun memiliki kekurangan yaitu tidak dapat bekerja pada
air sadah.
Kesimpulan
1.
Sabun yang dihasilkan dari reaksi dengan garam
natrium berwarna kuning
2.
Sabun tidak dapat bekerja pada air sadah karena
akan membentuk endapan
Daftar Pustaka
Fessenden &
Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Luis, S. 1994. Soap and
Detergen, A Theoritical and Practical review. New York: AOCS Press
Sastrohamidjojo, H.
2005. Kimia Organik (Stereokimia, Karbohidrat, Lemak, & Protein). Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar